Pertentangan antara Aqidah Ibn Taymiyyah & Al-Albani
(terjemah kitab an-Nuqul al-Wa-dhihah al-Jaliyyah fi 'Irdh Inkar al-Albani fi al-Aqidah ala Ibn Taymiyyah Karya Hasan bin Ali as-Saqqaf)
(terjemah kitab an-Nuqul al-Wa-dhihah al-Jaliyyah fi 'Irdh Inkar al-Albani fi al-Aqidah ala Ibn Taymiyyah Karya Hasan bin Ali as-Saqqaf)
Penerjemah : Abu Hamida
Penerbit : Ansharus Sunnah
Harga : Rp. 16.000,-
Inilah risalah kami yang berjudul "an-Nuqul al-Wa-dhihah al-Jaliyyah fi 'Irdh Inkar al-Albani fi al-Aqidah ala Ibn Taymiyyah". Di dalamnya, saya ketengahkan beberapa masalah ideologis (aqa'idiyyah) dalam tauhid yang saya ketahui, yang diperselisihkan di antara Ibn Taymiyyah dan al-Albani, pada khususnya, dan sejawat-sejawat mereka yang lain, pada umumnya.
Selain itu, di situ saya ketengahkan beberapa masalah furu' yang diperselisihkan di antara orang-orang yang telah kami sebutkan tadi, tetapi sedikit.
Latar belakang ditulisnya buku ini adalah, saya bertemu dengan seorang pemuda penganut Al-Albani. Ia bertanya kepada saya, "Mengapa Anda bersilang pendapat dengan Imam Ibn Taymiyyah dalam beberapa masalah akidah, dan Anda mencelanya?"
Saya jawab, "Pertanyaan ini mestinya ditujukan kepada gurumu, al-Albani, sebelum ditujukan kepada-ku, karena dia juga termasuk orang-orang yang mencela dan menolak beberapa keyakinan Ibn Taymiyyah dalam banyak masalah. Barangkali, kalau seseorang mengumpulkannya, niscaya terkumpul lebih dari 200 masalah."
Orang itu berkata, "Apakah masuk akal? Bisakah saya mengetahuinya?"
Saya katakan kepadanya, "Saya akan menulis sebuah risalah untukmu tentang sebagiannya. Lalu saya akan mencurahkan tenaga, pikiran dan waktu, atas izin Allah SWT, untuk mengumpulkan seluruhnya dan menuliskannya dalam sebuah buku besar.
Dalam buku itu, saya akan mengetengahkan masalah-maalah akidah yang diperselisihkan di antara orang-orang seperti Ibn Taymiyyah, Ibn al-Qayyim, asy-Syaukani dan orang-orang yang bertaklid kepada mereka atau yang cenderung kepada mereka seperti al-Albani dan beberapa orang yang mengaku salaf. Semoga Allah SWT memberi mereka petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Maka, saya memulai risalah yang ringkas ini. Semoga Allah SWT memberikan taufik-Nya."
Terlebih dahulu, saya mengajukan dua pertanyaan kepada pemuda ini dan lain-lain—semoga Allah memberi hidayah kepadanya. Saya berharap dia mau menjawab kedua pertanyaan itu ketika sendirian, jika tidak ingin menjawab di tengah keramaian. Oleh karena itu, saya katakan kepadanya:
1. Apa pendapatmu tentang setiap masalah dari masalah-masalah yang akan saya kemukakan, dan terutama masalah-masalah pokok akidah. Siapakah yang akidahnya benar dalam hal ini: Ibn Taymiyyah atau al-Albani? Siapakah yang pantas masuk surga karenanya? Siapakah di antara kedua orang ini yang akidahnya salah dan tidak pantas masuk surga?
2. Jika Anda mengatakan bahwa orang yang salah dari kedua orang itu dalam masalah-masalah akidah ini tetap diberi pahala—padahal hal tersebut ditentang oleh ahli kebenaran dan ulama Ahlus-sunnah, karena tidak berlaku ijtihad dalam prinsip-prinsip akidah—maka saya katakan kepada Anda:
"Mengapa Anda tidak mengatakan bahwa orang yang berbeda pandangan dengan Anda—seperti Anda katakan—dalam masalah akidah, dan mereka adalah para pemuka mazhab Asy'ariyyah dan mayoritas Ahlussunnah, juga diberi pahala? Atau, apakah hal itu hanya berlaku bagi Anda dan terlarang bagi selain Anda?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar